Tahukah Anda makanan organik ? Dari beberapa sumber yang saya baca, dapat disimpulkan makanan organik adalah :
1. Sayuran atau buah-buahan yang ditanam secara alami.
Dalam penanaman dan perawatan sayuran dan buah-buahan organik tidak dibutuhkan pupuk kimia seperti urea dan pembasmi hama yang mengandung zat kimia seperti pestisida. Pemupukan tanaman organik menggunakan pupuk kompos atau pupuk kandang. Pembasmian hama dilakukan dengan menggunakan pembasmi hama alami, baik berupa hewan predator maupun ramuan tradisional buatan sendiri.
2. Hewan ternak yang dipelihara secara alami.
Dalam pemeliharaan hewan organik seperti : sapi, kambing, atau ayam tidak menggunakan suntikan hormon dan pakan ternak yang mengandung zat kimia. Hewan dibiarkan tumbuh kembang secara alami. Tidak dipelihara di dalam kandang terus tapi sering dikeluarkan agar dapat berkeliaran bebas. Pakan ternak pun menggunakan pakan yang berasal dari alam ( dedaunan ) atau pakan buatan sendiri tanpa campuran zat kimia seperti pelet atau ampas tahu.
Lalu, apa kelebihan makanan organik jika dibandingkan dengan makanan non organik ?
1. rasanya lebih enak
2. mengandung lebih banyak mineral dan vitamin
3. mengandung lebih banyak asam lemak Omega – 3 ( pada susu organik )
4. lebih sedikit menggunakan pestisida
5. lebih sedikit menggunakan bahan tambahan pengawet dan perasa
( pada makanan organik olahan )
Jujur, saya jadi bertanya-tanya dalam hati. Kalau kesimpulan yang saya buat tentang makanan organik di atas itu benar, berarti tanpa saya sadari selama ini saya cukup sering mengkonsumsi makanan organik. Padahal saya hampir tidak pernah membeli sayuran, buah, atau daging yang berlabel ‘makanan organik’ saat berbelanja di supermarket.
Saya hanya cukup sering mengkonsumsi jambu bangkok, mangga manalagi, pepaya, sawo, dan jeruk yang saya tanam di halaman rumah saya sendiri. Sering juga saya mengkonsumsi bayam, daun ginseng, daun kenikir, kemangi, dan cabai yang saya tanam di pot-pot plastik.
Semua tanaman di atas saya pupuk dengan pupuk kompos yang dibeli atau lebih seringnya dengan limbah rumah tangga saya, seperti : kulit buah, kulit rempah (kunyit, jahe, bawang merah, bawang putih), bagian sayuran yang dibuang saat dipotong-potong, air cucian beras, air cucian ikan, dan sisa sayur. Apa pun yang menurut saya bisa menjadi pupuk alami.
Untuk daging terkadang saya membeli ayam kampung, meski lebih seringnya membeli ayam broiler. Dulu pernah saya memelihara ayam kampung, bebek, dan kelinci untuk dikonsumsi sendiri. Sekarang sudah tidak lagi. Ayam kampung seperti yang kita ketahui unggas itu lebih banyak berkeliaran bebas di luar daripada di dalam kandang. Makanannya pun bukan pelet. Paling-paling dedak yang jelas makanan alami atau apa pun yang dia temui saat dia berkeliaran mencari makanan. Ayam kampung juga tidak kenal suntikan hormon. Dia tumbuh besar secara alami.
Semua buah dan sayuran organik yang saya sebutkan tadi saya dapat secara gratis, tidak keluar uang sepeser pun, padahal di supermarket harga buah dan sayuran organik lebih mahal dari buah dan sayuran non organik. Mengenai ayam kampung, memang lebih mahal dari ayam broiler. Apakah alasannya karena ayam kampung termasuk hewan organik atau karena rasa dagingnya yang lebih enak dari ayam broiler, saya tidak tahu.
Yang jelas selama ini ternyata saya sudah mengkonsumsi makanan organik, jenis makanan yang dianggap makanan sehat. Bisa jadi pengalaman saya ini ternyata juga dialami oleh Anda. Jadi kita semua sebenarnya sudah makan makanan organik meski nyatanya tidak pernah membeli makanan berlabel ‘makanan organik’.
Catatan : ada hasil penelitian terbaru di Inggris yang mengatakan bahwa makanan organik tidak lebih baik dari makanan non organik. Tidak ada perbedaan signifikan kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam makanan organik dibandingkan dengan makanan non organik.