Ibu pekerja ? Kenapa tidak. Zaman
sekarang masih menjadi ibu rumah tangga ? Kenapa juga tidak. Sebenarnya mungkin ini bukan soal benar atau
salah, bukan juga tentang seorang ibu yang berpikiran maju atau tetap berjalan
di tempat. Sejatinya, menurut saya, ini soal cara berpikir dan cara pandang
seorang ibu mengenai dirinya sendiri terhadap anggota keluarganya yaitu
anak-anak dan suami. Terlepas dari berbagai alasan mengapa ia memilih menjadi
ibu pekerja atau ibu rumah tangga. Yang pasti, apa pun pilihan sang ibu pasti
pilihan itu akan berdampak terhadap kehidupan anak-anak dan suaminya.
Saya
mempunyai dua kisah yang berbeda. Kedua kisah itu menceritakan kehidupan ibu
pekerja dan ibu rumah tangga. Kebetulan kedua ibu itu adalah teman saya.
Aira,
dia seorang ibu dengan tiga anak yang sedang beranjak remaja. Sejak sebelum
menikah dia sudah bekerja. Sampai sekarang pun dia masih tetap bekerja. Ketika
anak-anaknya masih kecil, dia cukup kerepotan mengurus ketiga buah hatinya
meskipun ada seorang pembantu di rumah. Pilihannya untuk terus bekerja
mengharuskan dia bisa mengelola waktu dengan maksimal dan sebaik mungkin. Meski harus berjibaku, menurut istilah dia, Aira melewati masa-masa repot itu
dengan senang hati. Anak-anaknya pun
menjalani masa kecilnya dengan bahagia karena tetap mendapatkan perhatian dan
kasih sayang sang ibu. Bukan kuantitas waktu yang diperlukan, tapi kualitas
waktu itu yang terpenting, begitu menurut Aira. Hal lain yang membuatnya tetap
semangat bekerja adalah dukungan dari suami. Bukan hanya kesempatan , namun
Aira juga diberi fasilitas untuk memperlancar pekerjaannya oleh sang suami. Menurut
Aira, semua yang diberikan suaminya itu imbalan dari tetap fokus dan besarnya
perhatian Aira pada keluarga meskipun ia bekerja.
Kisah
yang lain tentang Desta, seorang ibu dengan dua anak yang sudah dewasa. Desta seorang ibu rumah tangga sejati. Dia tidak
pernah bekerja, sebelum menikah maupun sesudah menikah. Hampir seluruh waktu
dan perhatian Desta dicurahkan untuk keluarga. Boleh dibilang hidup Desta didedikasikan
buat anak-anak dan suaminya. Kadang Desta merasa jenuh juga menjalani rutinitas
kegiatan sehari-harinya. Namun, ia merasa itu hal yang wajar. Bagi Desta yang
terpenting adalah anak-anak dan suaminya. Bila mereka merasa senang dan puas
dengan pelayanan yang diberikan Desta, maka itu sudah lebih dari cukup untuk
membuat Desta bahagia. Menurut Desta, kebahagiaannya terletak pada kebahagiaan
anak-anak dan suaminya. Begitulah Desta menjalani hari-harinya.
Para
ibu atau calon ibu, keputusan kini ada di tangan Anda.