Rabu, 29 Agustus 2012

MENGHARAP BERKAH RAMADHAN


Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi umat muslim. Banyak pengharapan dikirimkan lewat doa-doa pada Allah Yang Maha Kuasa. Banyak pengampunan dimintakan pada Allah Yang Maha Pengampun.
          Berkah ramadhan itulah yang diharapkan Lina. Seperti ramadhan-ramadhan tahun sebelumnya, temanku itu beserta keluarga besarnya selalu melaksanakan umroh. Mereka berhari raya di Mekah dan baru pulang setelah usai lebaran.
          Tapi ada yang berbeda dengan umroh Lina kali ini. Sebuah pengharapan besar dihaturkan Lina di rumah Allah. Dia ingin kembali menjadi sejatinya dirinya sebagai perempuan. Kesadaran akan kesalahannya makin membulat dan melahirkan tekad untuk memperbaiki diri.
          Temanku itu berasal dari keluarga kaya. Sayang, kelimpahan harta tidak membuatnya bahagia. “Harta malah membuat aku jadi menderita,” begitu kata Lina setiap dia bercerita tentang kemalangannya.
          Lina seorang wanita single parents. Anak semata wayangnya kini duduk di kelas 1 SD. Jagoan kecilnya itu menjadi tumpuan kasih sayang Lina dan ibunya Lina. Sang nenek sangat sayang pada cucu satu-satunya itu. Tapi jangan pernah ditanya bagaimana kasih sayang sang nenek pada Lina, anak perempuannya. Lina adalah musuh besarnya yang harus diperangi.  Tidak dimusnahkan namun hanya perlu disakiti.
          Malapetaka dalam hidup Lina dimulai ketika dia menikah dengan seorang laki-laki pilihan ibunya. Lina menerimanya karena perasaan sayang dan hormatnya pada sang ibu sebagai satu-satunya orang tua yang masih dimilikinya. Suami Lina ternyata sangat pandai mengambil hati mertua.  Ibunya  mulai memperlakukan sang menantu dengan sangat istimewa.
          Suami Lina kini berani bersikap kasar terhadap dirinya. Kekerasan fisik maupun batin sering dialami Lina. Adalah hal yang biasa terjadi jika sang suami membangunkan Lina pagi hari dengan menendang tubuhnya seraya mengeluarkan kata-kata kotor atau menyebut nama-nama penghuni kebun binatang. Biasa terjadi juga jika bagian tubuh Lina bengkak dan lebam karena pukulan. Dan bila Lina mengadukan perlakuan kasar itu kepada ibunya, sang ibu tidak pernah membelanya malah justru menyalahkannya. Entah apa yang dibisikkan sang menantu. Kenyataannya Lina selalu terkalahkan.  
          Ketegaran Lina runtuh ketika dalam suatu pertengkaran hebat suaminya mengatakan fakta yang selama ini masih disembunyikannya.
          “Aku tidak pernah mencintaimu. Aku menikahimu karena harta kamu. Kalau kamu tidak memiliki harta, tidak akan pernah aku menikah denganmu !”
          Lina terpuruk. Perkawinannya kandas karena Lina menggugat cerai. Ibunya semakin membencinya. Saudara satu-satunya, kakak laki-laki Lina, tidak mau peduli. Sibuk dengan kehidupan bebasnya. Lina sendirian menanggung deritanya. Kehadiran buah hatinyalah yang membuat Lina masih ingin hidup.
          Lina jadi sangat membenci laki-laki. Perlakuan suaminya dulu meninggalkan luka teramat dalam. Tidak pernah dibayangkannya jika kemudian dia mendapatkan perhatian dan kasih sayang  seorang ibu, seorang kakak, dan ……… seorang kekasih dari seorang wanita bule. Lina bekerja di sebuah perusahaan asing dan wanita bule itu teman sekantor Lina. Hampir lima tahun mereka menjalin hubungan sebagai kekasih.    
          Baru setahun terakhir ini Lina mulai menyadari kekeliruannya. Seharusnya dia tidak boleh melakukan kesalahan ini. Lina tidak mau hidupnya semakin hancur. Tekadnya untuk memperbaiki diri telah bulat. Di ramadhan tahun ini dia ingin terlahir kembali. Suatu keinginan yang mulia. Mudah-mudahan Lina mendapatkan berkah ramadhan di rumah Allah.
          Untuk sahabat-sahabat Harumteh, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI. Mohon maaf lahir dan batin karena manusia memang tempatnya khilaf dan salah.

FACEBOOK SIAPA INI ?

 
          Pada bulan Ramadhan kemarin saya dan beberapa teman sekantor mengadakan acara buka puasa bersama di sebuah rumah makan baru yang khusus menyediakan olahan makanan berbahan baku daging bebek, unggas favorit saya. Sambil menikmati daging bebek yang enak itu obrolan kami menjalar kemana-mana. Seorang teman saya menunjukkan update status sebuah profil facebook. Di situ tertulis informasi suatu peristiwa yang  dilakukan teman saya itu.
“Terus kenapa ?” tanya saya
“Sebenarnya cewek di kantor kita yang nggak punya facebook atau twitter bukan cuma kamu, aku juga.”
“Terus ini facebook siapa ? Kok dia tahu apa yang kamu lakukan ?”
Teman saya mengangkat bahu. “Itu yang sampai sekarang aku tidak mengerti.”
Awalnya teman saya tidak ambil peduli dengan keberadaan facebook tersebut. Dia mengetahui adanya profil facebook itu dari seorang teman. Setelah dia cermati isi profil itu, tidak ada alasan yang dapat membuatnya marah. Jadi dia santai-santai saja. Dia tidak pernah mengakses profil facebook itu, sampai suatu ketika dia menyaksikan suatu tayangan di sebuah televisi swasta.
Tayangan tersebut menceritakan kisah nyata seorang remaja putri di Jerman yang mengalami depresi karena ulah seseorang yang membuat profil facebook atas nama dirinya dan mengisi profil itu dengan informasi-informasi yang memalukannya. Si pembuat profil tidak berhasil ditemukan. Jejaring sosial tempat akun tersebut dibuat pun hanya bisa meminta maaf dan memblokir profil tersebut. Tapi si remaja putri sudah terlanjur malu dan stres berat. Polisi memasukkan kasus ini sebagai kejahatan di dunia maya. Karena ternyata kasus seperti ini tidak hanya banyak terjadi di Jerman, tapi juga di negara-negara lain.
Dan teman saya tidak ingin bernasib sama seperti remaja putri di Jerman itu. Kekhawatiran yang sangat wajar dan sangat beralasan menurut saya. Sayang, tidak ada yang dapat saya lakukan kecuali membesarkan hatinya. Saya katakan, anggap saja si pembuat profil facebook itu adalah seorang pengagum berat yang begitu perhatian pada dirinya sampai tahu segala sesuatu yang dilakukan teman saya itu. Dan siaplah menghadapi kemungkinan paling buruk bila itu sampai terjadi. Toh tidak hanya dia seorang yang mengalami masalah ini. Di luar sana ratusan orang atau bahkan mungkin ribuan orang bernasib sama.    
Kalau memang ini sisi negatif dunia maya, rasanya hanya kearifan jiwa yang dapat menghentikannya. Arif pada diri sendiri. Arif pada sesama manusia. Dan arif pada Tuhan Yang Maha Bijaksana.