Rabu, 29 Agustus 2012

FACEBOOK SIAPA INI ?

 
          Pada bulan Ramadhan kemarin saya dan beberapa teman sekantor mengadakan acara buka puasa bersama di sebuah rumah makan baru yang khusus menyediakan olahan makanan berbahan baku daging bebek, unggas favorit saya. Sambil menikmati daging bebek yang enak itu obrolan kami menjalar kemana-mana. Seorang teman saya menunjukkan update status sebuah profil facebook. Di situ tertulis informasi suatu peristiwa yang  dilakukan teman saya itu.
“Terus kenapa ?” tanya saya
“Sebenarnya cewek di kantor kita yang nggak punya facebook atau twitter bukan cuma kamu, aku juga.”
“Terus ini facebook siapa ? Kok dia tahu apa yang kamu lakukan ?”
Teman saya mengangkat bahu. “Itu yang sampai sekarang aku tidak mengerti.”
Awalnya teman saya tidak ambil peduli dengan keberadaan facebook tersebut. Dia mengetahui adanya profil facebook itu dari seorang teman. Setelah dia cermati isi profil itu, tidak ada alasan yang dapat membuatnya marah. Jadi dia santai-santai saja. Dia tidak pernah mengakses profil facebook itu, sampai suatu ketika dia menyaksikan suatu tayangan di sebuah televisi swasta.
Tayangan tersebut menceritakan kisah nyata seorang remaja putri di Jerman yang mengalami depresi karena ulah seseorang yang membuat profil facebook atas nama dirinya dan mengisi profil itu dengan informasi-informasi yang memalukannya. Si pembuat profil tidak berhasil ditemukan. Jejaring sosial tempat akun tersebut dibuat pun hanya bisa meminta maaf dan memblokir profil tersebut. Tapi si remaja putri sudah terlanjur malu dan stres berat. Polisi memasukkan kasus ini sebagai kejahatan di dunia maya. Karena ternyata kasus seperti ini tidak hanya banyak terjadi di Jerman, tapi juga di negara-negara lain.
Dan teman saya tidak ingin bernasib sama seperti remaja putri di Jerman itu. Kekhawatiran yang sangat wajar dan sangat beralasan menurut saya. Sayang, tidak ada yang dapat saya lakukan kecuali membesarkan hatinya. Saya katakan, anggap saja si pembuat profil facebook itu adalah seorang pengagum berat yang begitu perhatian pada dirinya sampai tahu segala sesuatu yang dilakukan teman saya itu. Dan siaplah menghadapi kemungkinan paling buruk bila itu sampai terjadi. Toh tidak hanya dia seorang yang mengalami masalah ini. Di luar sana ratusan orang atau bahkan mungkin ribuan orang bernasib sama.    
Kalau memang ini sisi negatif dunia maya, rasanya hanya kearifan jiwa yang dapat menghentikannya. Arif pada diri sendiri. Arif pada sesama manusia. Dan arif pada Tuhan Yang Maha Bijaksana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar